Mulanya kemasan makanan terbuat dari bahan yang berasal dari alam. Seperti, menggunakan alang-alang, rumput, dan kulit kayu. (Rumput dan Sejarah Kemasan Makanan).
Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk
melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Hal ini didasari
karena kemasan merupakan wadah atau pembungkus yang guna mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau
yang dibungkusnya. Semakin majunya peradaban, manusia mulai mengenal
empat teknik dalam mengemas makanan, diantaranya teknik menggulung
dengan menggunakan pohon bambu atau kelobot jagung. Teknik melipat dan
membalut, umumnya dengan menggunakan daun pisang. Teknik menganyam
seringnya menggunakan daun kelapa.
Peranan
kemasan mulai dirasakan pada tahun 1950-an, saat banyak munculnya
supermarket atau pasar swalayan, di mana kemasan harus menjadi salah
satu nilai jual produk-produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itupun
kemasan hanya berfungsi memberikan informasi yang bersifat memberitahu
kepada konsumen tentang kandungan dan nilai gizi dalam makanan tersebut.
Daya
tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan
merupakan salah satu ujung tombak pemasaran karena dia langsung
berhadapan dengan konsumen. Karena itu kemasan harus dapat mempengaruhi
konsumen. Di tahun 1980-an, kesadaran para produsen mulai terlihat
dengan saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen melalui
bentuk kemasan. Para produsen berpendapat bahwa bentuk dan model kemasan
mulai dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran.
Kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan
produk, dan membujuk konsumen. Pada saat inilah kemasan mengambil alih
tugas penjualan pada saat jual beli terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar